Selasa, 01 November 2011

sepenggal cerita sedih

Namaku Indah, orang di sekitar perumahanku biasa memanggilku Ibu Indah. Ya, karena umurku yang memang sudah tua. Aku berusia 52 tahun, dan aku adalah seorang Single Parent. Suamiku Risyad, sudah lama meninggal, dia meninggal karena kanker paru-paru. Aku dan almarhum Risyad memiliki 2 orang anak, anak pertamaku bernama Andra. Dan anak keduaku bernama Aisha. Andra sekarang sudah berumur 24 tahun, sedangkan Aisha masih berumur 17 tahun. Saat ini Aisha sedang duduk di bangku kelas 3 di salah satu SMA Negeri di Jakarta. Namun Andra, tidak melanjutkan kuliahnya. Karena kekurangan biaya semenjak Ayah nya telah tiada. Saat ini, yang saya tau Andra tidak memiliki pekerjaan, setiap hari hanya pulang malam dan tidak pernah berbicara dengan saya. Dia seringkali langsung masuk kamar dan pagi-pagi sudah pergi entah kemana. Andra berubah semenjak Ayah nya meninggal. Anak keduaku, Aisha juga jarang berbicara denganku, mungkin karena memang kita tidak dekat. Saat ini kegiatannya hanya bersekolah dan pulang untuk nonton TV, atau pergi bersama teman-temannya. Aku sendiri tidak memiliki pekerjaan, aku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang telah ditinggal oleh suamiku yang seorang pengusaha. Almarhum suami ku pernah ditipu orang hingga akhirnya keluarga ini menjadi berubah dalam bidang perekonomian.

Setiap hari aku selalu berdoa kepada Tuhan, agar anak-anakku kelak menjadi anak yang beriman, serta sukses dalam kehidupannya. Suatu ketika, Andra pulang dengan muka lusuh dan aku pun bertanya "Kamu sudah makan malam?" , dia hanya menggeleng dan aku langsung membawakan sepiring nasi serta lauk seadanya. Dia hanya bilang "Makasih Bu, Aisha mana ya?" dalam hatiku, Andra ini memang perhatian sekali sama adiknya, dia memang sayang dengan Aisha. Tapi tidak pernah bermain bersama, mungkin karena perbedaan umur yang cukup jauh. Aku pun menjawab "Ada di kamarnya, mungkin sudah tidur". "Ya udah Ibu tidur juga aja, nanti Andra yang cuci piring" , aku pun langsung masuk ke kamarku dan berusaha tidur walaupun belum mengantuk. Tak lama aku mendengar suara Andra sudah masuk ke kamarnya, dan terdengar seperti sedang menelpon. Aku dengar dia bilang "Baik pak, besok akan saya urus pekerjaan ini semua" , aku pun terhenyak. Aku bingung, apakah Andra sudah bekerja? Namun mengapa dia tidak pernah cerita? Aku akhirnya tertidur dengan sejumlah pertanyaan dalam otakku. Keesokan pagi nya, aku memberi Aisha sarapan dan dia segera berangkat sekolah. Aisha anak yang cukup mandiri, dia bisa berangkat sendiri naik angkutan umum. Setelah dia berangkat, aku langsung mengetuk kamar Andra untuk mengajak sarapan. Namun, dia tidak ada disana. Tapi ada selembar kertas bertuliskan "Bu, Andra pamit ke Jogja selama 1 bulan, Ibu jaga diri baik-baik ya, dan juga jaga Aisha", aku menangis membaca surat itu. Aku khawatir, apakah dia bisa hidup disana?

Ya, sampai saat ini aku belum mengetahui apa sebenarnya pekerjaan Andra itu. Lalu aku berusaha menelpon dia, tapi tidak diangkat. Mungkin dia sedang di pesawat. Sore hari pun tiba, dan Aisha pulang langsung menanyakan keberadaan Andra. "Bu, kakak dimana?" , aku hanya bisa jawab "Dia pergi tugas keluar kota, kamu gak usah khawatir, dia akan bawa uang untuk kita" , Aisha pun langsung masuk kamar. Mungkin dia berfikir apakah kakak nya akan sukses atau tidak.

Setelah 3 minggu lamanya, Andra tidak ada kabar sedikitpun. Lalu aku mulai kesal, karena dia tidak pernah angkat telpon ku, dan SMS ku juga tidak pernah dia balas. Aku pun menyuruh Aisha untuk menghubungi Andra, namun hasil nya juga nihil. Aku dan Aisha mulai khawatir, takut terjadi apa-apa dengan Andra. Lalu malam hari telepon rumahku berdering, rupanya dari pihak rumah sakit di Jogja. Aku mendapat berita bahwa Andra sedang kritis karena tabrakan dan sekarang kondisi nya koma. Aku di minta untuk kesana, namun aku tidak ada biaya untuk itu. Aku pun memanggil Aisha, dan kita berdua solat bersama dan berdoa untuk kesembuhan Andra. Tidak terasa air mataku menetes begitu banyak. Aku merasa gagal menjadi seorang Ibu, dimana harusnya aku beri perhatian kepada anakku, namun aku tidak bisa memberi itu semua kepada kedua anakku.

Pada keesokan harinya, aku mendapat kabar dari rumah sakit dan ternyata aku mendapat kabar yang begitu menusuk hatiku, bahwa anakku Andra telah meninggal dunia. Aku langsung meminjam uang dengan tetangga agar aku dan Aisha bisa segera berangkat ke Jogja. Setibanya disana, aku hanya melihat tubuh Andra penuh luka dan terbujur kaku. "Anakku, mengapa nasib kamu bisa begini?" aku terus menangis dan menggoyangkan badan Andra. Namun ternyata dia sudah benar-benar meninggal. Aisha terus memelukku dan berkata "Ibu harus ikhlas, kita harus bisa terima kenyataan ini semua", setelah mendengar kalimat itu, aku pun berusaha ikhlas dan duduk di kursi lobby rumah sakit. Aisha sedang membelikan aku makanan, karena memang sejak pagi aku belum makan. Tiba-tiba ada seorang lelaki muda datang menghampiriku. "Apakah ini Ibu Indah? Ibu dari Andra?" , aku langsung menjawab "Iya betul, adik ini siapa ya?" , "Begini Bu, sebelum terjadi kecelakaan, Andra menitipkan ini kepada saya, dia bilang amplop ini tolong ditaruh dikamarku, aku akan membawanya ke Jakarta minggu depan"

Aku langsung membuka amplop itu, dan disitu tertuliskan "Ibu, maafkan kalau Andra tidak pernah memberi kabar, karena Andra ingin memberi kejutan kepada Ibu, sebenarnya Andra sudah diterima kerja di salah 1 bidang pertambangan, dan proyek Andra baru berhasil. Ini cek untuk Ibu, bisa dicairkan kapanpun Ibu mau, oh iya itu sebagian untuk Aisha juga ya, agar nanti dia bisa kuliah, jangan sampai seperti Andra" Aku pun langsung membuka cek tersebut, dan tertulis nominal Rp. 500.000.000 ,- terbilang lima ratus juta rupiah. Aku lemas tak berdaya, ternyata Andra punya tujuan tertentu rupanya, aku benar-benar merasa sedih, sampai akhirnya Aisha datang dan membaca surat tersebut. Aisha hanya bilang "Kita harus sabar Bu, ini memang tidak mudah, rupanya Tuhan sudah merencanakan ini semua, ini yang terbaik untuk kita. Kita harus mengikhlaskan kepergian Kakak"

Terima kasih Anakku, Andra. Engkau adalah buah hatiku yang sangat aku cintai. Semoga engkau tenang berada di sisi Tuhan YME.
Peluk dan cium dari Ibu.

Karya : Aryanda Sasha Larasati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar